Cerpen Misteri dan Cinta

Assalamu'alaikum wr.wb. Met pagi, met siang, met malem.. Pada kesempatan kali ini ane mau nge share cerpen pertamaku, lanjutan dari cerpen Rico de Coro (dengan berbeda konsep dan alur). Sebenarnya cerpen ini tugas ane waktu kelas X. Langsung aja ini dia cerpen ane yang ane kasih judul Cinta dan Misteri. Maap kalo ngga nyambung



CINTA DAN MISTERI


                Aku adalah seekor kecoa dari sebuah ras kecoa yang berbeda dengan ras kecoa yang ada di dunia dan di akhirat. Aku tinggal di sebuah gorong - gorong Sektor 1 yang ternama di Kota Blackland. Sebuah gorong - gorong kelas VVIP yang penuh fasilitas penunjang hidupku, dan sebuah gorong - gorong tempat aku dan saudaraku lahir. Aku dilahrkan di sebuah tempat praktek DSK (dalam KBBI : Dokter Spesialis Kecoa) selokan setempat dalam bentuk kecoa. Usut punya usut, kata tetangga sebelah aku dan saudaraku dulu lahir kembar. Saudaraku lahir dua hari lima jam lebih awal dari pada aku. Dia lahir prematur sedangkan sialnya, aku lahir melalui pembedahan kejam yang biasanya disebut sesar. Karena dua proses kelahiran itu saudaraku diberi nama Cotur dan aku diberi nama Cosar. Kedua nama itu bukanlah sembarang nama. Nama itu mengandung makna besar sebagai sejarah kelahiran kami. Saudaraku Cotur, yaitu “Coro Prematur” dan aku Cosar yaitu “Coro Sesar”. Nama itu sama persis dengan nama yang tercantum di akta kelahiran kami. Jadi apabila ada sesama kecoa memanggil aku dengan sapaan “Co!”, bukan tidak mungkin kalau saudaraku juga ikut menoleh, begitupun sebaliknya.
            Ayahku adalah seorang kepala gorong-gorong untuk beberapa KK (Keluarga Kecoa) di gorong - gorong ini. Sehingga mau tidak mau ibukupun disebut ibu gorong - gorong. Seringkali tetangga tetanggaku menemui ayah untuk meminta surat pengantar pembuatan akta kelahiran walaupun dengan nama yang sama. Jadi, di gorong - gorong ini,  semua kecoa kecoa awam memiliki nama yang sama, yaitu Chuck. Dan hingga sekarang aku masih bingung mengapa mereka tidak pernah salah tanggap saat di panggil, padahal nama mereka sama. Pernah suatu hari aku mengetes dua ekor chuck yang sedang berjalan bersama.
            “Hai Chuck!” sahutku
            “Hai juga Cosar!” sahut salah satu Chuck.
            Dan ternyata Chuck yang membalas teguranku adalah Chuck yang memang aku maksud. Padahal nama mereka sama persis. Mereka tiak pernah bingung ketika menjawab pertanyaan dari kecoa lain walaupun ada lebih dari satu chuck di situ. Karena heran dengan hal itu aku bertanya kepada ayahku
            “ Yah, mengapa kecoa kecoa di sini tidak pernah bingung, padahal nama mereka sama?”
            “ Ya itulah kehebatan kecoa sini. Mereka meresapi dan memaknai setiap perkataan yang ditujukan padanya. Dan mereka merasakan dengan hati setiap perkataan orang lain. Jadi mereka tidak akan salah dalam menanggapi pertanyaan.”
            “ Oh begitu ya yah!.”
            Tahun demi tahun berlalu. Dibawah pimpinan ayahku kehidupan di gorong - gorong ini tetap aman, tentram, nyaman, makmur, dan sejahtera. Tidak pernah sekalipun terjadi cekcok atau tindak kriminal. Hingga pada suatu hari ada suatu hal yang menggemparkan gorong - gorong Sektor 1. Duaaarrrrrrrrrrr! Bagaikan bom yang meledak di dalam jamban. Semua KK merasakan sensasi ledakan itu.
            Ternyata salah satu anak dari salah satu KK terpandang di gorong - gorong sektor 1 diculik oleh oknum tak bertanggung jawab, dan belum diketahui siapa pelakunya. Anak itu bernama Stanley. Ayahnya langsung menemui ayahku untuk melaporkan perkara itu. Dia datang kerumahku bersama anak putrinya, Marissa. Marissa adalah kecoa cewek yang pernah ditaksir dan ditembak kakakku, Cotur. Namun naasnya dia ditolak mentah mentah karena pada waktu itu dia dan Marissa masih berumur dua hari. Ya, itulah dianamika cinta.
            Disela sela pembicaraan ayahku dan ayah Marissa, aku memandangi dan melototi Marissa. Raut mukanya yang jelita bagaikan Coro Maya, tubuhnya yang semampai bagai Syahcoro membuatku terkesima akannya. Duarrrrrrrrrrrrrrr! Bagaikan kentut yang meledak di bawah bantal, aku terkaget-kaget dan aku segera sadar bahwa dia mengetahui kalau aku sedang melototinya. Namun aku tetap saja memandanginya, dan akupun tersenyum padanya. Di membalas senyumanku. Tubuhnya menggeliat! Jiwaku serasa terbang melayang hingga mentok langit. Sepertinya dia juga suka denganku.   
            Seteleh ayah Marissa selesai mengutarakan masalahnya, meraka pulang. Ayahku memanggil aku dan kakakku.
            “Cotur, Cosar! Kemari lah nak! Ada berita spesial nih!” teriak ayahku
            “Iya ayah! Ada apa?.” jawabku dan Cotur.
            “Jadi begini nak, kalian kan sudah tahu beritanya, jadi rencananya, ayah akan  mendeklarasikan kamu di depan rakyat sebagai kecoa pertama yang menangani kasus ini. Dan ayah harap kamu dapat memecahkan masalah ini.”
            “ Siap yah!” sahutku dan Cotur serempak
            Keesokan harinya seluruh rakyat gorong - gorong sektor 1 dikumpulkan di lapangan untuk menyaksikan pendeklarasian kami. Sebelum menuju acara inti ayah membuka dengan beberapa biji pertanyaan kepada rakyatnya tentang kasus penculikan Stanley.
            Karena hasilnya nihil, ayah melanjutkan ke acara inti. Jantungku mulai berdebar-debar serasa mau rontok. Kulihat raut muka kakakku yang berubah menjadi canggung. Perasaan malu, gugup, grogi bercampur jadi satu.
            “ Rakyat rakyatku, sehubungan kasus penculikan Stanley, maka saya akan mendeklarasikan Intel pertama di gorong - gorong. Mereka saya beri mandat untuk memecahkan kasus ini. Kedua intel itu adalah anak anakku, Cotur dan Cosar!” seru ayahku
            Prok prok prok prok prok... Suara riuh itu mengiringi pendeklarasian kami. Segera ayah memberikan lencana emas sebagai tanda kami sebagai intel pertama di gorong - gorong ini. Betapa bangganya kami.
            Kemudian, kupandangi seluruh rakyat yang hadir.  Ada sesuatu yang ku cari. Sesuatu yang indah, dia adalah Marissa. Kuharap dia menyaksikan ketika aku menjadi orang yang berarti bagi kaumku. Namun, duarrrrrrrrrrr!!! Ternyata Marisssa tidak terlihat di kerumunan kecoa –kecoa yang hadir. Alangkah kecewanya aku. Pokoknya, aku akan segera melamarnya setelah ku tuntaskan kasus ini.
            Setelah acara pendeklarasian selesai, semua bubar kembali ke rumah masing-masing.
            Hari berikutnya aku dan kakakku memulai untuk menginvestigasi warga. Target pertama adalah warga gorong - gorong sektor 1. Satu persatu kami introgasi mengenai kasus penculikan Stanley. Namun hasilnya lagi lagi NIHIL. Semua warga tidak tahu menahu siapa penculik Stanley. Sungguh sial.
            Target selanjutnya tak lain dan tak bukan adalah gorong-gorong sektor 2. Memang penghuni gorong - gorong sektor dua terkenal bengis bengis dan dari dulu tidak pernah akur dengan penghuni gorong - gorong sektor 1. Entah siapa yang salah. Sebelum kami menuju The Next Target, yaitu  gorong - gorong sektor 2 ayah memberikan sedikit wejangan dan sedikit peringatan. “Pokoknya, kalian harus berhati hati dan jaga sikap!” itulah kata yang selalu kuingat.
            Hari itu juga kami langsung menuju gorong - gorong sektor 2. Duarrrrr!!! Ternyata situasi di sana sangat tidak menmungkinkan  untuk kami masuki. Melihat muka mereka kami sudah gemetar, serasa ikut Scary Job. Dan salah satu cara untuk masuk, yaitu menyamar. Aku menyamar menjadi seekor kecoa cantik. Sedangkan Cotur menyamar menjadi kakek kakek.
            Sepertinya penyamaran kami berhasil. Tidak ada yang mencurigai kami. Kami dapat melenggang masuk dengan aman.
            “Mau kemana mbak?” tanya seorang pemuda kepadaku.
            “Mbak mbak! Simbokmu kiper! Seruku pada pemuda itu
            Sontak muka pemuda itu langsung ditekuk. Kembali ke tujuan! Kulihat di seberang jalan ada target yang mungkin aman untuk kami introgasi. Dia adalah seekor kakek kakek yang sedang duduk duduk santai. Dilihat dari mukanya, mungkin dia kecoa yang ramah. Dan ternyata benar, dia menyambut kami dengan ramah. Kami mulai menjejali dia beberapa pertanyaan.
            “Jadi begini cu, gorong - gorong ini dipimpin oleh seekor kadal albino. Dia itu orangnya bengis dan kejam. Oleh karena itu orang sini nyebut dia mad dog. Dia sering meminta anak buahnya ntuk mencari kecoa untuk persembahan dewanya.
            Duarrr! Jantung serasa berhenti untuk bebrapa menit. Jangan jangan!!!.. uhhhh Dugaanku langsung tertuju ke mad dog. Belum sempat jantungku berdegup lagi, kami di kagetkan oleh segerombolan masyarakat gorong - gorong ini yang meneriakkan untuk segera mengusir kami. Namun tidak kulihat mad dog disitu. Mereka mengancam akan menyerang gorong - gorong sektor 1.  Rupanya pemuda tadi menegtahui penyamaran kami, dan dia melaporkan ke Mad dog. Kami diusir dengan cara yang tidak mengenakkan.
            Sesampainya di rumah kami melaporkan tentang hal yang kami dapat dari gorong - gorong sebelah dan meminta ayah untuk menyiapkan pasukan. Takut takut kalalu ada serangan balik dari gorong - gorong sebelah.
            Dugaanku tepat! Keesokan harinya pasukan gorong - gorong sebelah benar benar menyerang gorong - gorong sektor 1. Terlihat muka muka bengis dengan darah terbakar bakar. Peperanganpun tak dapat terelakkan. Segera aku dan Cotur memimpin pasukan kami. Prak cring bukkk tesss!! Suara itu ramai terdengar di perang ini. Peperangan bertambah sengit. Namun lagi lagi konsentrasiku buyar. Kucari cari belahan jiwaku, Marissa. dan kulihat dia sedang berdiri di samping ibunya dengan muka yang tegang. Melihat raut mukanya, semangatku menjadi menggebu gebu. Namun tiba tiba, cresssss.. tubhuhku terasa lemas dan aku terjatuh ke tanah. Aku tak tahu apa yang terjadi pada diriku. Tak lama kemudian aku merasakan guyuran air di tubuhku, mungkin ada hujan, dan mungkin ini akhir dari perangn ini. Tiba tiba ada yang menepuk pipiku. Oh ternyata kakakku. Dengan keadaan berbaring, perasaan yang tak jelas dan mata sedikit melek aku berusaha berbicara kepada kakakku.
            “ Kak, tolong lanjutkan misi ini. Kupercayakan kau untuk mneyelesaikan masalah ini” ucapku sambil memberikan lencanaku ke genggaman kakakku. Kulihat kakakku mengangguk sambil menutikkan air mata. Lesssssss... ku tutup mataku. Mungkin ini akhir hidupku. Kakakku meninggalkan aku terbaring sendiri. Tiba tiba ada sesuatu yang aneh terjadi padaku. Tuuuuuuuuut.. suara itu nyaring terdengar di telinga, suara yang berasal dari bagian bawah tubuhku. Ya, Itulah kentutku. Sepertinya kakakku mendengar suara itu, dan dia kembali mendekati aku. Aku segera tersadar. Yess!!! Aku belum jadi mati! Ternyata aku hanya masuk angin, dan itulah yang menyebabkan aku lemas. Aku minta kembali lencana yang sudah kuberikan ke kakakku.-Hahaha-.Setelah badanku lebih enakkan, kami melanjutkan misi kami        
Tujuan utama segera kami lanjutkan. Yaitu menguak misteri penculikan Stanley. Menurut info yang kami dapat dari kakek di gorong - gorong sebelah, Mad dog mempunyai tempat khusus untuk memberikan persembahan pada dewanya. Namaun kakek itu memberi tahu kami tempat itu denagn nama  “Cekungan Terasing”. Aku berfikir keras untuk memecahakn makna kata itu. Segera aku ingat kata ayah “Resapi setiap kata dari siapapun”. Cringg! Setelah aku dan kakakku telaah kata itu, perhatian kami langsung tertuju pada Lembah Hitam. Lembah Hitam adalah sebuah lembah di tengah hutan rimbun yang jauh dari jangkauan kecoa. Konon banyak roh roh aneh di lembah itu. Selain itu di lembah itu ada jurang terjal yang dibawahnya banyak duri duri tajam. Segera kami take off ke Lembah Hitam.
Kami telah berhasil landing di Lembah Hitam dengan selamat tanpa mengalami slip. Suasana di lembah itu  gelap mencekam dan sangat sepi. Tiba tiba kami terperangah ketika melihat baju yang terakhir dipakai Stanley sebelum diculik. Baju itu menggantung di sebuah pohon besar. Ternyata banyak sekali baju baju lain di pohon itu. Dengan susah payah kami mengambil baju Stanley itu. Kami selidiki baju Stanley. Duarrrr!! Banyak bercak darah di baju itu. Sebuah pertanyaan besar mangganjal di hatiku.

Lepas dari masalah baju, perhatian kami langsung tertuju pada jurang berduri. Langkah demi langkah kami lalui menuju ke bibir jurang itu. Ku lihat jurang itu. Namun tak banyak yang dapat aku lihat. Yang kulihat hanyalah gelap. Kami periksa keadaan di bibir jurang. Perasaan takut, penasaran dan capai bercampur menjadi satu. Tiba tiba terdengar seperti suara langkah kaki. Didengar dari suaranya, sepertinya itu suara sesuatu yang besar. Aku berbalik badan dan,,,, ARRRRRRGGGGHHHHHHH #mungkin aku adalah persembahan berikutnya.
Cerpen Misteri dan Cinta 9 Out Of 10 Based On 10 Ratings. 9 User Reviews.
Share 'Cerpen Misteri dan Cinta ' On ...

Ditulis oleh: Unknown - Minggu, 17 November 2013

Belum ada komentar untuk "Cerpen Misteri dan Cinta "

Posting Komentar